Friday, May 27, 2016

CONTOH DAN PENGERTIAN UPACARA ADAT KEAGAMAAN DI INDONESIA

CONTOH DAN PENGERTIAN UPACARA ADAT KEAGAMAAN DI INDONESIA
 
1.Sekatenan. 
CONTOH DAN PENGERTIAN UPACARA ADAT KEAGAMAAN DI INDONESIA

Sekaten adalah
sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari. Konon asal-usul upacara ini sejak kerajaan Demak. Menurut cerita rakyat kata Sekaten berasal dari istilah credo dalam agama Islam, Syahadatain. Para pengunjung sekatenan yang menyatakan ingin “ngrasuk” agama Islam setelah mengikuti kegiatan syiar agama Islam tersebut, dituntun untuk mengucapkan 2 (dua) kalimat syahadat (syahadatain). Dalam pengamalannya Islam tidak membumi hanguskan semua budaya tersebut. Bahkan terjadi akulturasi antara Islam dan budaya. Di mana budaya menjadi sebuah metode/alat untuk menyampaikan Islam. Contoh yang populer adalah bagaimana Islam mengajarkan untuk mendoakan kebaikan dan kemenangan di hari Idul Fitri.

2. Hari Raya Galungan
CONTOH DAN PENGERTIAN UPACARA ADAT KEAGAMAAN DI INDONESIA

Galungan adalah
hari kemenangan Dharma melawan Adharma yaitu pemujaan terjadinya kemenangan kebenaran atas ketidakbenaran dengan restu Sang Hyang Widhi Wasa. Galungan diadakan kira 210 hari sekali pada hari Rabu Kliwon Wuku Dungulan
Kata "Galungan" berasal dari bahasa Jawa Kuno yang mempunyai arti “menang” Galungan mempunyai arti yang sama juga dengan “Dungulan”, yang juga berarti menang. Oleh karena itu di Jawa, wuku yang ke 11 disebut “Wuku Galungan” dan di Bali disebut dengan “Wuku Dungulan”. Kedua nama itu berbeda namun artinya tetap sama.Apabila bertepatan dengan purnama, Galungan di adakan dengan upacara yang lebih utama dan lebih meriah. Disamping itu ada keyakinan bahwa hari Purnama itu adalah hari yang diberkahi oleh Sanghyang Ketu yaitu Dewa Kecemerlangan. Ketu artinya terang (lawan katanya adalah Rau yang artinya gelap). Karena itu Galungan, yang bertepatan dengan bulan purnama disebut “Galungan Nadi”, yang datangnya sekitar kurun waktu 10 tahun sekali.Berdasarkan Lontar Purana Bali Dwipa Disebutkan pula, bahwa pulau Bali saat merayakan Galungan pertama itu bagaikan Indra Loka.
 
3. Hari Raya Pagerwesi
Hari Raya Pagerwesi UPACARA ADAT KEAGAMAAN

Hari Raya Pagerwesi ini jatuh tiap 6 bulan ( 210 hari ) pada Rabu Kliwon Shita
, Pagerwesi juga termasuk rerainan gumi, artinya hari raya untuk semua masyarakat, baik pendeta maupun rohaniawan. Hari Pagerwesi yaitu hari yang di khususkan untuk memagari jiwa dalam peyucian diri untuk dapat menerima kemuliaan dan berkah dari Sanghyang Pramesti Guru . (Tuhan Yang Maha Pencipta).
Pagerwesi mempunyai arti Pagar dari Besi. Ini melambangkan Segala sesuatu yang dipagari akan terlihat kokoh dan kuat atau dalam pengertian lain, sesuatu yang bernilai tinggi jangan sampai mendapat gangguan apa lagi dirusak. Bagi umat Hindu Hari Raya Pagerwesi dalam bahasa Bali-nya disebut magehang awak, Sanghyang Pramesti Guru dengan nama lain Dewa Siwa adalah manifestasi Tuhan yang di percaya menjadi gurunya manusia dan alam semesta ini juga yakini dapat menghapus segala hal hal yang buruk dalam diri manusia.
Dalam lontar Sundarigama disebutkan,
Budha Kliwon Shinta Ngaran Pagerwesi payogan Sang Hyang Pramesti Guru kairing ring watek Dewata Nawa Sanga ngawerdhiaken sarwa tumitah sarwatumuwuh ring bhuana kabeh.
Kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia mempunyai arti sebagai berikut :Rabu Kliwon Shinta disebut Pagerwesi sebagai pemujaan Sang Hyang Pramesti Guru yang diiringi oleh Dewata Nawa Sanga (sembilan dewa) untuk mengembangkan segala yang lahir dan segala yang tumbuh di seluruh dunia.Pelaksanaan upacara Pagerwesi sesungguhnya dititik beratnya kepada para pendeta atau rohaniawan pemimpin agama. Karena mereka yang lebih mengerti dan memahami tentang keberadaan Sang Hyang Pramesti Guru beserta para dewa lainnya, lalu kemudian disebar luaskan dan diajarkan kepada masyarakat dan umat Hindu Khususnya.
Pelaksaan Hari Raya Pagerwesi ini diadakan saat tengah malam dengan upacara dan persembahan yang ditujukan untuk Panca Maha Bhuta. Panca Maha Bhuta adalah 5 unsur terbentuknya manusia yang terdiri tanah, air, api, angin, ruang/tempat. Setelah upacara panca maha bhuta selesai dilaksanakan lalu di lakukan Yoga-Samadhi yang bertujuan untuk menentramkan hati dan pikiran agar dapat menahan gejolak dan hasrat yang tidak baik. Selain itu juga pada saat Hari Haya Pagerwesi dianjurkan berpuasa selama 1 hari ( 24 jam ). Konon pada jam 3:30 Sang Hyang Pramesti Guru disertai para Dewa dan Pitara, turun memberikan berkah pencerahaan kepada umat nya yang benar benar menjalankan.
Makna filosofinya adalah hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun, dengan adanya guru kita bisa mengetahui mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, tanpa guru kita bisa kehilangan arah dari tujuan semula sehingga tindakan bisa jadi salah arah . Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan "pager besi" untuk melindungi hidup kita di dunia dan di alam lain nanti. Pengetahuan akan lebih bermakna dan berarti bila ada Guru yang membimbing, mengajarakan dan mengayomi.
Perayaan Hari Raya Pagerwesi ini adalah rentetan dari hari raya yang ada di Bali, dan bagi anda yang ingin melihat dan menyaksikan upacara adat pada hari raya Pagerwesi ini ada baiknya menyatu atau bersosialisasi dan terjun langsung kemasyarakat, disitu anda akan merasakan suasana dan keberadaannya juga unikan dari upacara tersebut
 
4.Mekotek
UPACARA ADAT Tradisi Mekotek Munggu Tradisi Unik untuk Menolak Bala

Upacara Mekotek dilaksanakan dengan tujuan memohon keselamatan.
Upacara yang juga di kenal dengan istilah ngerebek. Mekotek ini adalah warisan leluhur, adat budaya dan tradisi yang secara turun temurun terus dilakukan umat Hindu di Bali.
Pada awalnya pelaksanaan upacara Mekotek diselenggarakan untuk menyambut armada perang yang melintas di Munggu yang akan berangkat ke medan laga, juga penyambutan pasukan saat mendapat kemenangan perang Blambangan pada masa kerajaan silam.
Dahulunya upacara ini menggunakan tombak yang terbuat dari besi. Namun seiring perkembangan zaman dan untuk menghindari peserta yang terluka maka sejak tahun 1948 tombak besi mulai diganti dengan tombak dari bahan kayu pulet. Tombak yang asli dilestarikan dan disimpan di pura.
Mekotek sendiri diambil dari kata tek-tek yang merupakan bunyi kayu yang diadu satu sama lain sehingga menimbulkan bunyi.
Perayaan upacara Mekotek selalu dilakukan oleh warga Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, pada setiap Hari Raya Kuningan. Selain sebagai simbol kemenangan, Mekotek juga merupakan upaya untuk menolak bala yang pernah menimpa desa puluhan tahun lalu.
Pada saat itu Perayaan upacara Mekotek dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda 1915 (Ida Bagus Gede Mahadewa) karena takut terjadi pemberontakan, namun akibat dari larangan tidak boleh mengadakan upacara Mekotek tersebut muncul wabah penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan banyak memakan korban jiwa. Lalu terjadi perundingan dan akhirnya diizinkan kembali, sejak saat itu tidak pernah ada lagi bencana. 
Upacara  ini Makotek ini diikuti sekitar 2000 penduduk Munggu yang terdiri dari 15 banjar turun ke jalan dari umur 12 tahun hingga 60 tahun. Mereka mengenakan pakaian adat madya dengan hanya mengenakan kancut dan udeng batik dan membawa selonjoran kayu 2 meter yang telah dikuliti. Pada tengah hari seluruh peserta berkumpul di pura Dalem Munggu yang memanjang. Disana dilakukan upacara syukuran bahwa selama 6 bulan pertanian perkebunan dan segala usaha penduduk berlangsung dengan baik, setelah serangkaian upacara berlangsung, keseluruhan peserta melakukan pawai menuju ke sumber air yang ada di bagian utara kampung. Warga kemudian terbagi dalam beberapa kelompok . Di setiap pertigaan yang dilewati masing masing kelompok yang terdiri dari 50 orang akan membuat bentuk segitiga menggabungkan kayu-kayu tersebut hingga berbentuk kerucut lalu mereka berputar, berjingkrak dengan iringan gamelan. Pada saat yang tepat seorang yang dianggap punya nyali sekaligus punya kaul akan mendaki puncak piramid dan melakukan atraksi entah mengangkat tongkatnya atau berdiri dengan mengepalkan tangan, sambil berteriak laksana panglima perang  mengkomamdoi prajuritnya untuk terus menerjang musuh lalu kemudian ditabrakkan dengan kelompok yang mendirikan tumpukan kayu yang lain. Sesampai di sumber air, tameng suci, segala perangkat upacara yang dibawa dari Pura Dalem diberi tirta air suci dan dibersihkan. Kemudian mereka melakukan pawai kembali ke Pura Dalem untuk menyimpan semua perangkat yang dibawa berkeliling tadi.

Tuesday, May 24, 2016

Menanggapi Video Pertempuran Surabaya 1945



 Menanggapi Video Pertempuran Surabaya 1945

Menanggapi Video Pertempuran Surabaya 1945


Video 3 : “ Pertempuran Surabaya 1945 ”
Rangkuman :
-         Kekalahan Jepang pada 14 Agustus 1945 berdampak terjadinya kekosongan kekuasaan di Indonesia. Kesempatan ini dipergunakan oleh rakyat Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
-         Berdalih untuk melucuti tentara Jepang ternyata kedatangan Belanda ingin kembali menguasai Indonesia. Dengan membonceng tentara Inggris datang ke Surabaya. Inggris mengerahkan 5.000 pasukan, dari Brigade 49 dan 24.000 pasukan dari divisi 5 yang diberangkatkan dari Malaysia menuju Surabaya. Ini merupakan pengerahan kekuatan militer Inggris terbesar sejak berakhirnya Perang Dunia 2.
-         Pada tanggal 19 September 1945 terjadi perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato.
-         Seluruh pemuda Indonesia bersatu menghadapi tentara Inggris. Pada pertempuran ini pasukan Brigade 49 disapu bersih oleh pejuang Republik Indonesia.
-         Tepat pukul 06.00 pagi Inggris membombardir kota Surabaya pada tanggal 10 November 1945.
-         Pada tanggal 10 – 18 November 1945 terjadi perlawanan sengit pejuang Republik Indonesia.
-         Lebih dari 20.000 tentara Indonesia gugur. Korban dipihak Inggris 1.500 serdadunya tewas.
-         Negara Indonesia menetapkan tanggal 10 November 1945 sebagai hari Pahlawan.
Nilai – nilai kepahlawanan : Pantang menyerah, berani membela kebenaran dan keadilan, cinta Tanah Air dan bangsanya, rela berkorban demi masyarakat, bangsa, dan Negara, keteguhan dan kegigihan dalam berjuang.

Menanggapi Video Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan INDONESIA



Menanggapi Video Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan INDONESIA


Menanggapi Video Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan INDONESIA

 
Video 2 : “ Pembacaan Teks Proklamasi
Rangkuman :
-         Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta segera merumuskan Teks Proklamasi dengan tulisan tangan sendiri dan dibacakan oleh Ir.Soekarno dengan didampingi oleh Drs.Moh.Hatta dan disaksikan kurang lebih 1.000 orang, sebelum Ir.Soekarno membacakan Teks Proklamasi beliau menyampaikan pidato terlebih dahulu, kemudian membacakan Teks Proklamasi tersebut yang berbunyi sebagai berikut :

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal – hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain – lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat – singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas nama Bangsa Indonesia,
Soekarno / Hatta

Menanggapi Video Peristiwa Rengasdengklok 15 Agustus 1945



Menanggapi Video Peristiwa Rengasdengklok 15 Agustus 1945

Menanggapi Video Peristiwa Rengasdengklok 15 Agustus 1945

 
Video 1 : “ Peristiwa Rengasdengklok 15 Agustus 1945 ’’
Rangkuman :
-         Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa diculiknya Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta oleh para pemuda, kemudian di bawa ke Rengasdengklok.
-         Tujuan utama penculikan itu adalah untuk mendesak Soekarno dan Hatta agar segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia dengan kekuatan bangsa Indonesia sendiri.
-         Di Rengasdengklok suasana menjadi tegang. Setelah berdebat panjang, desakan para pemuda akhirnya disanggupi oleh Ir.Soekarno yang akan segera memproklamasikan Kemerdekaan, tetapi dilakukan di Jakarta.
-         Pada tanggal 14 Agustus 1945 jepang menyerah kepada Sekutu, kemudian pada tanggal 15 Agustus 1945 berita ini sampai di Indonesia.
-         Pada tanggal 16 Agustus 1945 rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta. Dengan mempertimbangkan berbagai tempat yang aman untuk membahas Proklamasi, kemudian Ir.Soekarno dengan para penyusun Teks Proklamasi lainnya menjadikan rumah Laksamana Muda Maeda sebagai tempat menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Di kediaman Laksamana Muda Maeda di Jl.Imam Bonjol no.1 Jakarta, teks Proklamasi dirumuskan.
-         Teks Proklamasi diketik oleh Sayuti Melik.
Nilai – nilai kepahlawanan : Pantang menyerah, selalu bersemangat dalam berjuang, memiliki semangat persatuan dan nasionalisme, jiwa dan semangat merdeka.

BIOGRAFI RADEN AJENG KARTINI



BIOGRAFI RADEN AJENG KARTINI

BIOGRAFI RADEN AJENG KARTINI

            Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).
            Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.
Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orang tuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.
            Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.. Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.